28 Mei 2008

KENAIKAN BBM BUKAN LANGKAH SOLUTIF !

Oleh, Rony siahaan
Kenaikan BBM yang disampaikan oleh menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro 23 mei 2008 lalu dengan rincian harga premium dari Rp.4500 menjadi Rp.6000 per liter, solar dari Rp.4.300 menjadi Rp.5.500 dan minyak tanah dari Rp.2.000 menjadi 2.500 menuai banyak protes dari berbagai elemen masyarakat. karena dapat dipastikan bahwa kenaikan tersebut mempengaruhi harga kebutuhan pokok dengan rasionalitas bahwa proses produksi hingga pendistribusian tidak lepas dari penggunaan BBM dan untuk menghindari kerugian maka pelaku usaha tidak ada jalan lain yaitu dengan menaikan harga, hal ini juga akan diikuti kenaikan harga listrik yang notabene sebagian besar masyarakat menggunakannya. kenapa naik ??? karena untuk membangkitkan tenaga listrik masih menggunakan BBM. Lihat saja baru beberapa hari pasca diumumkan kenaikan BBM supir-supir angkot sudah menaikan harga ongkos secara sepihak padahal belum ada surat keputusan dari dephub tak pelak meresahkan para penumpang, pasalnya supir tersebut tidak segan-segan membentak penumpang yang tidak membayar ongkos sesuai yang diminta supir. belum lagi RSJ yang mengalami peningkatan pasien sakit jiwa akibat kenaikan BBM. Tampaknya kurang tepat alasan yang dikemukakan oleh pemerintah untuk menaikan harga BBM ditengah situasi sulit. akibatnya menimbulkan negative social impact, misalnya terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat betul dengan ungkapan homo homini lupus manusia akan memakan sesamannya demi mencapai posisi aman, hal ini juga menimbulkan untrust pada dewan legislatif karena tidak sanggup menyuarakan aspirasi rakyat dan diperparah lagi oleh berbagai ungkapan wapres yusuf kalla yang sering tidak bagus mengolah kata-kata sehingga membuat emosi seluruh masyarakat yang mendengarnya, bahwasannya beliau mengatakan bahwa kenaikan BBM tidak akan menimbulkan efek akut. Apalagi terdapat niat tidak baik dari pemerintah saat menyalurkan dana BLT yang seakan-akan membantu namun menjadi racun. bahwasannya Dana BLT tidak lebih sebagai sarana pangalihan Isu terhadap kenaikan BBM. sehingga mempersulit posisi mahasiswa untuk merangkul seluruh masyarakat bersama-sama menolak kenaikan BBM yang ada hanyalah sebuah aksi sporadis yang tidak terlalu memberikan efek merubah kebijakan. Melihat rentetan peristiwa diatas kiranya kita harus sama-sama sadar bahwa keputusan pemerintah menaikan harga BBM tidak tepat karena masih ada cara lain yang bisa digunakan tanpa harus menaikan harga BBM misalnya optimalisasikan pendapatan Negara dengan tepat, akurat, akuntable dan transparan. kurangi tunjangan DPR, pangkas anggaran Militer dan yang paling penting adalah BERANTAS KORUPSI. sehingga dari beberapa hal tersebut diatas menjadi jawaban untuk keluar dari permasalahan Indonesia saat ini.

Tidak ada komentar: