12 Maret 2009

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2009 - BERTANGGUNG JAWAB !

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2009 Kontribusi Dari Doel Ledo Sunday, 01 March 2009 Saudara-saudari Umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih. Hari Rabu Abu mendatang ktra memasuki masa puasa, masa pentobatan untuk menyongsong hari Raya Paskah. Apa yang kita mau pilih sebagai tema pentobatan? Di tanah air ada banyak perbuatan tak bertanggungjawab, seperti pembalakan hutan dengan “illegal logging”-nya, membangun villa di daerah pegunungan yang hutannya seharusnya dilindungi, sampai dengan semrawutnya cara mengendarai kendaraan di jalan raya yang sibuk. Susahnya orang mendapatkan gas elpiji untuk kebutuhan hidup sehari-hari pasti juga karena ada yang tak bertanggung-jawab. Kiranya baik kalau kita memilih tema pentobatan kita: “Mari bertanggungjawab…!”, karena terasa mudah sekali orang karena suatu alasan tidak bertanggungjawab. Jangan-jangan kita juga demikian. Mari kita bertobat, mari kita bertanggungjawab. Ajakan untuk bertanggungjawab ini berisi 2 ajakan. Pertama: bertanggungjawab atas prilaku kita, agar selalu sesuai dengan kehendak Allah. Kedua, bertanggungjawab atas prilaku kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain bertanggungjawab atas dosa kita. - Meski prilaku kita sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang menarik dan menguntungkan secara inderawi dan jasmani, namun kitalah yang mengambil sikap dan berbuat berdasarkan hati nurani yang diterangi iman. Bertanggungjawab berarti kita yang memegang kendali, teguh membedakan mana yang baik dan buruk, benar atau sesat. Saat masyarakat mudah dipengaruhi oleh apa yang menarik dan menyenangkan secara inderawi saja, maka bertanggungjawab berarti mengendalikan diri atau menguasai diri, agar prilaku sesuai dengan kehendak Allah. St. Paulus membuat perbandingan antara olahragawan yang melatih diri, mengatur dan menguasai diri untuk kemenangan, dengan kita umat yang beriman yang juga harus demikian dalam menggapai kemenangan surgawi (bdk 1Kor 9:25). Salah satu buah Roh yang pantas dimohon jaman sekarang kecuali kasih adalah penguasaan diri (bdk. Gal 5:21-22). - - Kalau kita berdosa, bertanggungjawab berarti melakukan dua hal berikut ini. Pertama, seperti telah biasa kita lakukan, kita menyesal, bertobat dan mohon ampun kepada Allah dan selanjutnya tidak mau membuat dosa lagi. Ini dikukuhkan dalam sakramen pengampunan dosa. Kedua, ini yang sering kurang disadari, yaitu karena dosa selalu membawa akibat buruk, maka kita juga bertanggungjawab atas akibat buruk dosa kita, dan memperbaikinya. Umpama persaudaraan kita kurang akrab dan ada perselisihan dengan beberapa orang. Maka kita bangun persaudaraan sejati, lewat perberdayaan umat basis. Ada dosa yang merusak lingkungan hidup, maka kita gerakkan penanaman pohon, membuat peresapan air dan membuat sampah menjadi berkah. - - Bertanggungjawab melaksanakan hidup pribadi dan bersama sesuai kehendak Allah adalah membangun dan menyempurnakan cara kita berelasi satu sama lain. Ada prilaku yang tertuju kepada Allah, kepada sesama dan lingkungan hidup. Prilaku yang tertuju kepada Allah, umpama doa pribadi, ibadat bersama umat basis, merayakan ekaristi dan merayakan sakramen lainnya, matiraga dan puasa. Kalau sudah kita dasari oleh semangat kasih, bakti, ketaatan dan kesetian, rasanya sudah baik, dan kita biasanya sudah merasa puas. Meski relasi kepada Allah rasanya sudah baik, namun masih harus dinilai dalam kaitannya dengan prilaku terhadap sesama. Allah berkenan dengan doa dan persembahan bakti kepada-Nya, kalau kita juga bertanggungjawab atas prilaku kita kepada sesama. Tuhan Yesus dalam Injil Mateus bersabda: “….Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mesbah dan engkau terikat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mesbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu. Lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5:23-24). Masih ada lagi sabda Yesus: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, …” (Mat 9:13). Bahkan Nabi Amos sudah menyampaikan sabda Allah yang senada. Allah tidak berkenan atas korban persembahan umat, karena Allah menginginkan umat bertindak benar dan adil (bdk Amos 5:21-24). Memang cinta kepada Allah dan kepada sesama, dua cinta yang tak dapat dipisah-pisahkan. Mencintai Allah tak dapat meninggalkan tanggungjawab terhadap keluarga, umat basis, lingkungan, tetangga, meluasnya kepada masyarakat, nusa dan bangsa. Makin setia kepada Kristus, makin berbakti kepada nusa dan bangsa. - - Mari kita lihat bagaimana kita berelasi dalam keluarga, umat basis, lingkungan dan di tengah masyarakat. Bertanggungjawab terhadap keluarga berarti: menyempurnakan kesatuan keluarga yang disatukan oleh cinta insani dengan cinta kristiani yang dasarnya dan puncaknya pada iman dan kesatuan dalam Kristus. Kesatuan macam ini memperkokoh kesatuan hidup insani yang terkadang menjadi lemah, lebih-lebih kalau sedang dalam kesulitan hidup ekonomi dll. Yang bertanggungjawab atas terbentuknya kesatuan semacam itu saja semua, tetapi lebih-lebih ayah dan ibu. Kalau selama renungan dan merefleksikan peran Anda dalam keluarga, Anda menemukan kesalahan dan dosa, jangan lupa juga memberi silih dan memperbaiki situasinya. - - Terbentuknya keluarga sebagai Gereja kecil atau umat basis kecil, diharapkan membuat umat basis di paroki semakin kokoh, dan persaudaraan di tengah masyarakat semakin subur sehingga kepeduliaan terhadap masalah nasional juga muncul. Kerusakan lingkungan hidup seperti gundulnya hutan, tanah longsor, banjir dan naiknya panas bumi dll, hanya dapat diatasi kalau kita semua bertanggungjawab. Maka gerakan ketenagakerjaan, penghijauan, peresepan air dan mengelola sampah supaya berguna memang gerakan sangat kecil. Namun itu mengingatkan akan tanggungjawab kita Paroki St.Stefanus - Cilandak, Jakarta http://st-stefanus.or.id Menggunakan Joomla! Generated: 12 March, 2009, 12:02 terhadap kehidupan sosial, politik yang lebih luas. Negara adalah milik kita. Kita bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kedamaian hidup bersama serta lestarinya lingkungan hidup. Setiap usaha agar tercipta penyelenggaraan negara yang demokratis, jujur, adil dan terciptanya masyarakat yang damai sejahtera, merupakan tanggungjawab kita bersama. Semua yang duduk dalam posisi dapat mengambil keputusan yang berdampak nasional, sangat diharapkan agar mengambil keputusan secara bertanggungjawab, sehingga orang miskin disejahterakan. Yang merasa berdosa dalam relasinya dalam umat basis atau lingkungan serta perbuatan di tengah masyarakat, jangan berhenti pada mengaku dosa, tetapi juga membuat silih dan memperbaiki kerusakannya. - - Memang kita bertanggungjawab atas perkara yang begitu banyak, luas, tetapi mulia. Mulia, karena dengan begitu, sebenarnya kita menanggapi undangan Tuhan Yesus sendiri agar kita terlibat dalam tugas Yesus membarui cara hidup manusia di dunia, membarui dunia dan alam semesta menjadi bumi dan langit yang baru (bdk Wahyu 21:1). Bacaan I tadi mengisahkan apa? Meskipun dosa itu seluruhnya adalah tanggunjawab manusia sendiri yang melakukannya, namun Allah menanggung sendiri dosa kita. Meski Allah bersabda: “Kamu memberkati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu”, namun Allah bersabda: “…Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” (bdk Yes 43:24-25). Allah berkenan bertanggungjawab atas dosa kita, Allah akan membuat silih bagi dosa kita dan memperbaharui segala yang rusak akibat dosa. Pelaksanaan kehendak Allah ini diserahkan kepada Allah Putra yang menjelma menjadi manusia oleh karena kuasa Roh Kudus, dan wafat di kayu salib sebagai korban tebusan bagi dosa kita. St. Paulus menulis dalam bacaan II tadi “…Allahlah yang telah meneguhkah kami bersama kamu dalam Kristus. Dia pulalah yang telah mengurapi kita serta memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Dialah yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan atas semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:21-22). St. Paulus bangga dan bersukacita dilibatkan sebagai rasul dalam karya penyelamatan Allah yang sekaligus memberi sarana untuk menjamin keselamatan itu - - Sebagai manusia Tuhan Yesus-satu di antara kita-memikul dosa kita dan bertanggung jawab atas dosa kita, mewakili kita di hadapan Allah Bapa. Ketika menjadi korban penebusan, Tuhan Yesus mengikutsertakan kita. Lebih lanjut Gereja- Nya diikutsertakan dalam kurban penebusan ini ketika secara sakramental Tuhan Yesus menghadirkan kurban-Nya di salib pada Jumat Agung itu menjadi Perjamuan Ekaristi perdana bersama para rasul. Peristiwa ini diwariskan dalam Gereja setiap kali kita dipimpin seorang imam merayakan Ekaristi untuk mengenang Dia sesuai dengan pesan-Nya. Kita yang berdosa, mari dalam Ekaristi menyatukan silih kita dengan korban Kristus sendiri. Dengan kekuatan Ekaristi mari kita memulihkan dan membarui segala yang rusak karena dosa. Demikianlah usulan bahan pentobatan selama masa APP. Bahan APP secara rinci telah disiapkan. Semoga membantu renungan dan refleksi Anda. Amin. - - Jakarta, Februari 2009 Julius - Kardinal Darmaatmadja, SJ. - Uskup Agung Jakarta Paroki St.Stefanus - Cilandak, Jakarta http://

08 Maret 2009

Catatan Dina Wilendari Purba Mengikuti EE Clinic - UK3 Unijoyo

"Catatan Dina Wilendari Purba Mengikuti EE Clinic“

Belajar Mengabarkan berita Keselamatan”

Waktu itu tanggal 03 – 07 Februari 2009 saya (Dina W.) bersama dengan Friska sebagai perwakilan UK3 Unijoyo yang telah dipilih untuk mengikuti EE Clinic. Kegiatan ini diadakan di Wisma PKK Surabaya. Pesarta EE clinic adalah utusan dari UK3/PMK se-Indonesia namun saat itu dihadiri oleh 26 mahasiswa Kristen dari 13 kampus yang sebagian besar panitianya adalah dari Mahasiswa Kristen Unair – Surabaya.

EE Clinic yang dikenal Evangelis Exploition diselenggarakan satu tahun sekali dan kali ini adalah EE Clinic yang ke-9. substansi EE Clinic mengajarkan kita tentang Anugrah hidup kekal, Manusia dan dosa, Allah yang kasih dan adil, Siapa kristus, Iman yang menyelamatkan maupun iman yang tidak menyelamatkan, Penyerahan diri kepada Yesus dan apa yang harus kita lakukan jika sudah menerima Yesus. kemudian kita diajak untuk memberitakan kabar gembira pada setiap orang yang belum mengenal Tuhan.

Selama 5 (Lima) hari mengikuti EE Clinic menjadi pengalaman yang tidak terlupakan oleh saya, karena saya bertemu banyak sahabat baru, diajari oleh Teacher Bu Dian dan trainer-trainer yang cukup berpengalaman yang pasti mereka semua sangat baik, ramah dan cukup sabar. Pece E Bene.

Dokumentasi EE Clinic Februari 2005