08 Juni 2008

Politisasi dan Anarkisme Gerakan Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebuah organ intelektual yang senantiasa mengaktualisasikan segenap pemikirannya untuk suatu hal positif demi suatu perubahan yang dicita-citakan oleh seluruh rakyat Indonesia menuju welfare state, yang akhir-akhir ini dipandang sebagai usaha utopis ditengah keterpurukan berbagai aspek baik ekonomi, sosial budaya dan politik yang saat ini seakan-akan justru rakyat mengamini bahwa Indonesia telah kehilangan jati diri sebagai sebuah Negara, padahal sejarah mencatat bahwa Indonesia sempat mengalami era kejayaan sehingga dunia mengagguminya.

Tiga fungsi mahasiswa yaitu sebagai agent of change, social control, man of analize adalah indikasi bahwa mahasiswa sebagai oposisi permanent bagi pemerintah atau sebagai perlement jalanan, dengan tujuan agar pemerintah dapat maksimal menjalankan tugasnya dengan prinsip kerakyatan serta menolak kebijakan pemerintah yang tidak populis dengan mengorbankan kepentingan rakyat demi kepentingan pemodal. Dengan demikian dipundak mahasiswa terdapat keberpihakan pada rakyat yang intinya menyelamatkan bangsa.

Netralitas dan purity menjadi titik tekan bagi mahasiswa dalam memperjuangkan nasib rakyat, artinya bahwa mereka tidak berdiri pada kepentingan suatu kelompok yang cenderung politis-pragmatis, akan tetapi mereka berdiri pada sikap idealis, dan itu menjadi harga mati !!. namun sikap idealis tidak selaras dengan kenyataan bahwa gerakan moral yang dibangun mahasiswa kini tidak seperti gerakan massif era tahun ’66 atau gerakan ’98 akan tetapi justru telah terkontaminasi oleh elit politisi dengan icon gerakan sporadis. Sehingga menuai hasil mosi tidak percaya pada mahasiswa,

Bukan tanpa alasan. Karena seringkali mahasiswa menjadi alat bagi oposisi partai untuk menjatuhkan pimpinan pusat maupun daerah, misalnya dengan mengusung issues korupsi, ijazah palsu, unprofesionalisme, DLL, yang kesemua dalil mengatasnamakan rakyat . Namun yang menjadi pertanyaan, Rakyat yang mana harus dibela ??.

Alasan kenapa gerakan mahasiswa kian hari mudah dipolitisasikan, adalah karena segenap kawan-kawan mahasiswa tumpul dalam berpikir rasional dan lemah akan analisa sosial, apalagi ketidakmengertian akan konsep swot dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam setiap gerakan dan parahnya ada banyak kawan gerakan tidak tahu siapa yang menjadi musuh dan siapa yang menjadi kawan. Indikasinya mahasiswa rentan terhasut dan terbawa arus yang berujung pada aksi-aksi anarkis yang akhir-akhir ini sering kita lihat dimedia cetak maupun elektronik. Ironisnya pemandangan tersebut sudah menjadi opini publik bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan anarkis.

Mahasiswa bergerak untuk rakyat dan bergerak bersama-sama rakyat adalah realisasi yang paling sulit karena rakyat kini tidak percaya lagi dengan gerakan mahasiswa. Padahal target keberhasilan dalam suatu gerakan bagaimana terjalin penyatuan kekuatan massa aksi antara mahasiswa dengan rakyat serta dukungan serta perhatian publik secara umum.

Kondisi rill diatas dapat menjadi evaluasi bagi kawan-kawan gerakan untuk lebih berhati-hati dalam aksi dengan mengutamakan intelektualitas, cermat, akurat dan tepat dalam bertindak serta terus galang solidaritas publik, jangan anarkis dan hindari adu jotos pada aparat jika itu terjadi lagi tanyalah pada diri anda sendiri, apaka kalian pantas menjadi mahasiswa ???

Hidup Mahasiswa !!!

Hidup Rakyat !!!!

Tidak ada komentar: