03 Juni 2008

PEMILU 2009 KRISIS PEMIMPIN DENGAN RAKYAT YANG TIDAK MAU DIPIMPIN

Oleh, Rony Ryanto Siahaan
Tidak lama lagi rakyat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi melalui pemilu 2009, Momen 5 (lima) tahunan menarik para politisi untuk ambil bagian dalam bursa calon presiden yang diusung dari partai-partai politik, dan proses memenangkan pemilu 2009 sudah tampak akhir-akhir ini dimana partai politik merapatkan barisan dengan para kader dan simpatisannya untuk melakukan suatu target, yaitu memenangkan pilkada ataupun Pilgub, karena jika sukses mengantarkan calonnya menjadi walikota, bupati ataupun gubernur disejumlah daerah akan sangat berpengaruh pada penggalangan suara untuk memenangkan pemilihan presiden 2009 dan kursi DPR, DPD, DPRD.

Berbagai cara digunakan untuk memenangkan pemilu 2009 sehingga tidak sedikit partai menggunakan cara tidak sehat untuk untuk meraih sebanyak-banyaknya simpatisan apalagi black campaign ataupun Jegal-menjegal antar parpol baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, mewarnai pentas perpolitikan Indonesia, ironisnya tipikal parpol cenderung egosentris dengan para kader fanatik yang memandang parpol lain sebagai rival yang sebisanya dapat dikerdilkan. Sehingga kualitas dan kepemimpinan kader partai jauh dari harapan bersama.

Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian presiden namun tidak ada satupun presiden yang mampu membawa Indonesia kearah welfare state. Kesejahteraan rakyat menjadi wacana klasik yang digunakan para capres untuk menggoalkan pemilu, dan Faktanya Kalimat tersebut begitu ampuh dan mampu mengantarkan capres tersebut menjadi pemimpin tertinggi di Indonesia. Akan tetapi waktu berbicara lain bahwa beberapa presiden terpilih paska reformasipun hingga saat ini yang dipimpin SBY-JK tidak mampu mewujudkan janjinya bahkan sangat jauh dari harapan, dengan melihat meningkatkanya prosentase jumlah kemiskinan dan lain sebagainya.

Berbicara Indonesia bangkit tidak hanya dititik beratkan pada good will dari seorang presiden meskipun ia capable dan berintergritas untuk membangun bangsa, akan tetapi tidak cukup hanya disitu, artinya perlu dukungan positif dari pajabat pemerintah baik dipusat maupun daerah serta bersama segenap rakyat membangun bangsa yang tentunya dapat menjalankan kewajiban sebagai warga negara dengan baik.

Melihat Indonesia saat ini sangatlah menyedihkan karena semua elemen tidak dapat bersinergi dengan baik antara satu dengan yang lainnya sehingga konsekwensinya roda pemerintahan tidak dapat berjalan dengan harapan bersama. Bagaimana tidak jika dipucuk pimpinan tertinggi wapres yusuf kalla tidak sejalan dengan presiden SBY. Justru seakan-akan wapres seringkali memposisikan sebagai seorang presiden. Dan presidenpun tidak dapat berbuat banyak untuk menindak wapres, alasannya karena dipemerintahan partai golkar yang menjadi kekuatan Yusuf Kalla, memiliki prosentasi kursi lebih besar dari pada partai demokrat yang notabene sebagai partai yang dimiliki oleh SBY.

Belum lagi menteri-menteri yang tidak sanggup menjalankan fungsinya sehingga kita tidak mendapati sosok yang berintegritas dalam bidangnya, begitupun juga dengan tingkatan gubernur hingga bupati belum dapat mengembangkan potensi daerah yang menjadi wilayah kewenangan mereka justru nuansa politis yang yang lebih ditekankan. Selanjutnya penegakan hukum yang yang masih morat-marit, pendidikan kocar-kacir, transportasi masih ruwet serta mental masyarakat yang cenderung mengemis, maka lengkaplah sudah kompleksitas penyakit akut bangsa saat ini.

Tiada masalah yang tidak ada jalan keluarnya, namun sedikit sekali orang memahaminya. Parahnya sebagian besar calon presiden 2009 tidak dapat memberikan gambaran jelas konsep dan aplikasinya dengan melihat kondisi rill bangsa saat ini. Hanya yang mereka lakukan dengan terus menyuarakan janji-janji klasik. Bahkan hingga saat inipun kita belum menemukan calon presiden yang dapat menggerakan seluruh elemen masyarakat untuk cinta tanah air. Karena yang menjadi permasalahan bangsa saat ini adalah keengganan dan kurangnya kecintaan rakyat terhadap negara NKRI yang akhirnya berdampak pada penyimpangan prilaku yang mengarah pada dekonstruksi bangsa.

Ironisnya Capres dari partai-partai yang mengatasnamakan diri sebagai partai nasionalis tidak cukup mengejewantahkan makna nasionalis itu sendiri, hanya dipandang secara sempit bahwa partai tersebut menjadi wadah bagi keragaman suku dan agama. Padahal ada tugas yang lebih substansi yaitu bagaimana terus berusaha memberikan keyakinan serta menanamkan nasionalisme secara utuh sehingga rakyat menjadi sadar bahwa rakyat sangat berperan pada proses kebangkitan bangsa kearah yang lebih baik. Sehingga mereka dapat memposisikan dirinya dan berperan pada tugas yang diemban dengan koridor peningkatan etos kerja.

Dengan demikian apapun nama partainya serta siapapun calon presidennya bahwa mereka harus memiliki jiwa nasionalisme dan memahami pluralisme dan senantiasa menanamkan nasionalisme pada segenap rakyat Indonesia.

Pertanyaannya adakah calon presiden yang memiliki karakteristik seperti itu ???? tampaknya pemilu 2009 kita akan mengalami krisis pemimpin nasionalis, krisis pemimpin idealis dan krisis pemimpin patriotis. Justru malah yang bermunculan sosok pemimpin yang borjuis dan pemimpin yang oportunis. Sehingga pemilu 2009 akan menjadi massa suram dalam perjalanan bangsa Indonesia. Semoga tidak !!!

1 komentar:

Rony Ryanto Siahaan mengatakan...

saya sepakat dengan pendapat anda bila pemilu 2009 sembilan akan sangant menghawatrikan bagi bangsa indonesia